Senin, 28 Maret 2016

PRINSIP PENCEGAHAN CEDERA MELALUI FAKTOR KEBUGARAN JASMANI

Faktor kebugaran Jasmani

            Kebugaran jasmani merupakan aktivitas seseorang yang di lakukan di dalam maupun di luar ruan tanpa harus menimbulkan kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya. Kebugaran jasmani menurut ahli faal dapat di denifisikan sebagai kemampuan seseoraang untuk melakukan tugas khas yang memelurkan kerja muscular di mana kecepatan dan ketahanan merupaka kriteria utama. Lebih lanjut (Depdikbud, 1992:2) mengemukan tentang kebugaran jasmani yakni kapasitas fungsional total seseoramg untuk melakukan suatu kerja tertentu dengan hasil baik tanpa kekelalhan yang berarti.

            Komponen kebugaran jasmani secara garis besar dibagi menjadi 2 yakni kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan (meliputi : kecepatan, daya ledak otot, ketangkasan, keseimbangan dan koordinasi) dan kebugaran jasmani yang berhubungan dengan komposisi tubuh). Hal ini dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain umur, jenis kelamin, genetik, ras, aktivitas fisik termasuk latihan dan kadar hemoglobin. Menurut Yusnul Hairy (2001: 1.19) kebugaran jasmani tergantung pada dua komponen dasar, yakni:

a.       Kebugaran Organik (Organic Fitnes)
Kebugaran organik yaitu sifat-sifat khusus yang harus dimiliki berdasarkan garis keturunan yang diwarisi oleh kedua orangtuanya atau bahkan generasi sebelumnya dan dipengaruhi oleh umur dan mungkin oleh keadaan sakit atau kecelakaan. Keadaan yang berhubungan dengan kebugaran organik sebenarnya bersifat statis dan sulit atau bahkan tidak mungkin utuk diubah. Tingkat kebugaran jasmani organik menentukan potensi-potensi kebugaran jasmani secara keseluruhan.

b.      Kebugaran Dinamik (Dynamic Fitness)
Kebugaran dinamik variabelnya lebih banyak. Kebugaran jasmani dapat dikembangkan/ditingkatkan dengan melakukan aktivitas fisik. Struktur dan sifat-sifat biologis yang mengalami peningkatan apabila melakukan suatu pelatihan fisik yang sesuai. Kebugaran dinamik diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu:

       a)      Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan
Dari sudut pandang kesehatan, Kebugaran jasmani meliputi tiga unsur yang saling berhubungan, yakni: daya tahan kardiovaskuler (melibatkan jantung, paru, dan peredaran darah, dan darah itu sendiri), kekuatan dan daya tahan otot, kelentukan dan komposisi tubuh (berat badan ideal dan persentase lemak).

      b)      Kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan motorik.
Kebugaran jasmani berhubungan erat dengan keterampilan motorik yang mempunyai kebermaknaan yang sangat besar di dalam olahraga. Keterampilan motorik yang berhubungan dengan kebugaran jasmani adalah : kelincahan, keseimbangan, koordinasi, power, waktu bereaksi, dan kecepatan.

            Aktivitas olahraga merupakan aktivitas yang sangat kaitannya serta mempunyai pengaruh yang sangat besar dengan kebugaran jasmani, karena jika berbicara masalah prestasi olahraga, maka akan di hadapkan dengan permasalahan kebugaran jasmani, namun bila kondisi serta factor kebugaran jasmani yang kurang dan tidak pernah terkontrol pada atlit tersebut maka prestasi pun akan semakin terkiut dan factor bahayanya atlit semisalkan cidera akan kerap menimpa di karenakan factor kebugaran yang tidak terpenuhi. Berikut 10 komponen kondisi fisik (kebugaran jasmani) yang harus di miliki oleh para pelaku aktivitas olahraga serta pengaruhnya dengan cedera:

1.      Daya Tahan

            Harsono (1988:155) mengatakan bahwa “kemampuan aerobik atau daya tahan adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja untuk waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Lebih lanjut nya Menurut Wahjoedi (2000:59) mengatakan bahwa daya tahan jantung paru sangat penting untuk menunjang kerja otot dengan mengambil oksigen dan menyalurkannya keseluruh jaringan otot yang sedang aktifsehingga dapat digunakan untuk proses metabolisme didalam tubuh”.

Ada dua macam daya tahan yaitu daya tahan jantung paru atau di istilahkan dengan kardiovaskuler dan daya tahan otot. (Sajoto 1988: 25). Daya tahan jantung paru adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistim jantung, paru dan peredaran darahnya secara efektif untuk menjalankan kerja secara terus menerus dan melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama. Sedangkan daya tahan otot mengacu pada suatu  kelompok otot yang mampu untuk melakukan kontraksi otot yang berturut-turut, misalnya push-up dan sits-up mampu mempertahankan suatu kontraksi otot untuk waktu yang lama. Daya tahan otot merupakan salah satu faktor kunci dari keberhasilan seorang atlet. Karena dengan daya tahan otot yang baik atlet akan mampu untuk bertanding baik dari menit pertama sampai menit terakhir.  

Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa daya tahan mempunyai peran yang sangat besar terhadap aktivitas olahraga, apalagi olahraga dengan waktu yang sangat lama (endurance) maka jantung dan paru serta otot akan terus bekerja. Bila daya tahan nya baik maka baik lah prestasi dan kesehatan atlit namun bila daya tahan yang tidak maksimal maka cederapun akan kerap menimpa atlit di sebabkan oleh jantung paru otot yang tidak stabil bahkan hal ini pun bisa bertambah parah hingga menyebabkan kamatian bila olahraga yang berat namun tidak di barengi dengan daya tahan yang kuat dan maksimal, karena para ahli berpendapat bahwa daya tahanlah yang dapt di jadikan sebagai acuan untuk prestasi atlit

2.      Kekuatan atau (strenght)
        
       Kekuatan merupakan usaha atau tenaga yang bekerja pada kontraksi otot yang dicapai dalam sekali usaha maksimal. (Sajoto, 1988: 23) menjelaskan  Kekuatan adalah komponen dari kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam menggunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja sedangkan Harsono (1993:13) mengatakan tentang kekuatan otot yaitu kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan.

            Aktivitas olahraga yang sangat identic dengan kekuatan mempunyai andil yang sangat besar dengan prestasi, oleh karena itu kekuatan yang harus di miliki pun harus sesuai dan maksimal agar atlit pun dapat tercegah dari factor cedera. Contohnya kekuatan atlit yang melemah dalam olahraga bela diri maka hal itu pun akan di manfaatkan oleh pihak lawan untuk memenangkan pertandingan sehingga kemungkinan besar pukulan pihak lawan lebih besar dan menyebabkan cedera pada sang atlit tersebut. Maka jelas jika olahraga baik bela diri maupun cabang olahraga lain jika kekuatan yang tidak maksimal maka penurunan prestasi sampai cederapun akan menjadi sasaranya.

3.      Kecepatan / Speed

            Kecepakan merupakan usaha yang di berikan untuk melakukan sesuatu gerakan baik itu gerak lokomotor maupun non lokomotor tanpa henti serta berkelanjutan dengan durasi waktu yang cepat. Sedangkan (Sajoto, 1988: 40) mendefinisikan Kecepatan sebagai kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkatsingkatnya).

            Berorientasi  pada  pengertian  tentang  kecepatan  dan  penerapannya dalam aktivitas olahraga, unsur kecepatan merupakan salah satu unsur  yang penting  dalam  mencapai  hasil  optimal.  Implikasi  kecepatan  berupa kecepatan  reaksi  sebagian,  sedangkan  kecepatan  gerak  adalah  kecepatan gerak  anggota  tubuh  secara  keseluruhan  dalam  menempuh  jarak  tertentu seperti  lari.  Lari  merupakan  gerakan  memindahkan  kaki  secara  bergantian diikuti dengan gerakan lengan dan ada saat melayang di udara. Hampir  seluruh  cabang  olahraga  membutuhkan  lari  seperti  pada atletik,  sepakbola,  bola  basket  dan  lain-lain.

            Pengaruh kecepatan dengan cederapun memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya, di contoh kan dalam cabang olahraga atletik yakni lari yang mana bila kecepatan yang tidak maksimal atau melambat untuk alit otomatif cedera pun kerap terjadi yakni kecepatan lari yang luar biasa di tunjukan namun ketika berada di atas angia(hampir memenangkan lomba) namun jika tidak di barengi dengan keseimbangan yang kuat, itupun akan membuat sang atlit jatuh, dan terpeleset hingga menyebabkan atli mengalami cedera. Dan factor cedera lainnya karena kecepatan di contohkan dalam berlari dalam cabang olahraga sepak bola yang di paksakan sehingga menimbulkan kelelahan dan keterpaksaan otot dalam memainkan peran aktivitas.

4.      Kelentukan (flexibility)

            Kelentukan merupakan kemampuan seseorang untuk dapat menggerakkan bagian tubuh dalam segala aktivitas sehingga tidak terlihat kaku dan tegang dalam melakukan aktivitas. Para ahli menjelaskan Kelentukan adalah segala efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang ditandai dengan flexibilitas persendian pada seluruh tubuh (Sajoto, 1988: 34). Lebih detailnya Ismaryati (1993: 101) mengemukakan bahwa Kelentukan adalah kemampuan menggerakkan tubuh atau bagian-bagiannya seluas mungkin tanpa terjadi ketegangan sendi dan cidera otot.

            Hubungan factor cedera dengan kelentukan ialah di contohkan dalam cabang olahraga dalam bola volley yang mana gerakan posisi tubuh gerakan jump smash di tuntut untuk bergerak   ¼ sikap kayang, dengan posisi tubuh tersebut maka punggung serta pinggang berperan sebagai penumpu atau penopang gerakan sehingga bila kelentukan tidak maksimal/seimbang maka kemungkinan besar atlit mengalami keseleo hingga menyebabkan cedera karena factor kesalahan posisi tubuh ketika jump smash hingga kesalahan mendarat.

5.      Daya ledak (muscular power)

            Daya ledak merupakan usaha yang di berikan terhadap tubuh serta otot sebagai penggerak utama secara tiba – tiba / mendadak yang maksimal sehingga dapat melakukan aktivitas yang dominan dalam waktu yang relative cepat dan singkat. Menurut (Sajoto, 1988: 31) Daya Ledak adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan kemampuan maksimal yang dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya. Lebih jelasnya Daya ledak (Explosive strength,  muscular power) adalah kemampuan untuk  melakukan  aktivitas  secara  tiba-tiba  dan  cepat  dengan  mengerahkan seluruh  kekuatan  dalam  waktu  yang  singkat.  Daya  ledak  sering  disebut explosive  strength  yang  ditandai  dengan  adanya  gerakan  atau  perubahan posisi yang tiba-tiba dengan cepat.  (Toho Cholik Mutohir & Ali Maksum, 2007:55).

            Kesalahan terhadap pelaksanaan daya ledak terhadap otot dan tubuh besar kemungkinan terjadinya cedera baik itu berupa olahraga berat maupun ringan. Misalkan saja dalam aktivitas olahraga golf, atlit di tuntut untuk dapat memukul bola dengan dominan menggunakan otot lengan dan otot bahu, dari pelaksanaannya jelas tergambar bahwa daya ledak otot mempunyai peran besar terhadap aktivitas tersebut. Maka factor cedera yang sering terjadi pada gerakan tersebut yang kerap di alami oleh atlit amatiran ialah tidak adanya gerakkan follow through (gerakan lanjutan) sehingga otot yang sedang di paksa bekerja mendadak terhenti sehingga menyebabkan otot kaku dan cedera dan mengalami masalah.

6.      Kelincahan / Agility

            Kelincahan merupakan kemampuan untuk mengubah arah secara cepat tanpa menimbulkan gangguan pada keseimbangan. Seseorang dikatakan memiliki kelincahan jika ia dapat bergerak secara cepat sekaligus dapat mengubah arah secara cepat pula tanpa terganggu keseimbangannya. Beberapa orang dapat bergerak secara cepat tetapi mereka tidak dapat melakukan perubahan arah geraknya secara cepat, yang demikian tidak dapat dikatakan bahwa orang tersebut lincah. Ismaryati (1993: 41) menjelaskan kelincahan merupakan komponen kebugaran jasmani yang sangat diperlukan pada semua aktivitas kecepatan perubahan posisi tubuh dan bagian-bagiannya. Sedangkan menurut Dangsina Moeloek dan Arjadino Tjokro (1984: 8), kelincahan adalah kemampuan mengubah secara cepat arah tubuh atau bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan. Mengubah arah gerakan tubuh secara berulang-ulang seperti halnya lari bolak-balik memerlukan kontraksi secara bergantian pada kelompok otot tertentu.

            Cedera yang sering di akibatkan oleh factor kelincahan (Agility) ialah ketika atlit berusaha untuk bergerak untuk mengubah arah dalam cabang olahraga bulu tangkis dimana atlit di tuntut untuk menguasai segala bidang lapangan maka jika kelincahan yang dia punya tidak maksimal atau tidak cepat maka factor kelelahan yang berlebihan hingga atlit terjatuh karena tidak bisa melakukan pelaksanaan kelincahan yang maksimal akan menyebabkannya cedera.

7. Ketepatan (accuracy)

            Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk dapat melihat sesuatu benda dengan benar serta dapat menempatkan sesuatu pada sasarannya yakni benda yang telah ia lihat. Menurut Suharno HP (1983: 35), ketepatan ialah kemampuan seseorang untuk mengarahkan sesuatu gerak ke suatu sasaran dengan tujuannya, lebih lanjut Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran, Sasaran dapat berupa suatu jarak atau mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bagian tubuh (Sajoto, 1988: 52).

            Faktor cedera karena ketepatan (accuracy) terjadi karena adanya pelaksanaan yang kurang maksimal di contohkan dalam cabang olahraga bela diri yaitu muaythai, ketika atlit merasa sudah tepat untuk melepaskan sebuah pukulan atau tendangan yang sangat keras hingga ia mengeluarkan semua kekuatannya, namun ketika pelaksanaannya sang lawan dengan cepat membaca gerakan tendakan atau pukulan maka dengan cepat lawan mengelak, yang terjadi pada atlit tersebut ialah ototnya yang terlalu di paksakan namun tidak mengenai sasaran ialah keseleo otot karena tendangan yang di paksakan namun tidak mengenai sasaran.
  
8.      Keseimbangan (balance)

            Keseimbangan merupakan kemampuan yang relative untuk dapat mengontrol serta mempertahankan posisi dan massa tubuh di segala posisi baik diam maupun bergerak. Menurut Sajoto, 1988: 54 Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan. Keseimbangan tergantung pada kemampuan integrasi antara kerja indra penglihatan, kanalis-kularis pada teling dan reseptor pada otot. Sedangkan Definisi menurut   O’Sullivan,   keseimbangan   adalah   kemampuan   untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Selain itu menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah kemampuan untuk  mempertahankan  tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal.

            Hampir semua cabang olahraga membutuhkan keseimbangan dalam pelaksanaan aktivitasnya, jadi terjadinya cedera karena perihal keseimbangan sangat besar pengaruhnya. Di misalkan pada cabang olahraga sepak bola yang mana ketika atlit sedang berlari kencang membawa/mengejar bola maka kurangnya keseimbangan bisa saja ia kehilangan bola bahkan terjatuh yang bisa mengakibatkan cedera atau kerugian pada fisik atlit.

9.      Koordinasi (coordination)

            Koordinasi merupakan kemampuan seseorang untuk dapat memadukan atau mensingkronkan antara berbagai gerak tubuh menjadi ke dalam satu gerakan tunggal untuk mencapai fungsi khusus. Menurut Jonath dan Krempel dalam Syafruddin (1992: 84) koordinasi adalah kerjasama sistem persyarafan pusat sebagai system yang telah diselarakan oleh proses rangsangan dan hambatan serta otot rangka pada waktu jalannya suatu gerakan secara terarah. Lebih lanjutnya    Barrow dan Mc Gee (1979) yang   dikutip   oleh   Harsono   (1988:   220)   bahwa   koordinasi   adalah kemampuan untuk memadukan berbagai macam gerakan ke dalam satu atau lebih  pola  gerak  khusus.

            Koordinasi yang kurang padu ataupun kurang  maksimal bisa saja menyebabkan cedera, misalkan saja dalam cabang olahraga moto GP, kesalahan koordinasi antara mata-tangan-otak dalam menghadapi balapan dalam situasi tinkungan patah maka sistem pengereman di tuntut harus cermat. Maka koordinasi alat tubuh mata-otak-tangan yang tidak bisa di padukan bisa saja menyebabkan pengereman mendadak serta kesalahan dalam mengukur jarak maka bisa menyebabkan Rider Moto Gp terjatuh dan mengalami cedera.

10. Reaksi (reaction time)

            Kecepatan reaksi adalah kemampuan organisme atlet untuk menjawab dan melaksanakan suatu  rangsangan yang di peolehr  secepat  mungkin  dalam  mencapai  hasil  yang sebaik- baiknya. Menurut pendapat (Sajoto, 1988: 63). Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya agar dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera atau syaraf lainnya Sedangkan Ismaryati (1993: 72) berpendapat bahwa reaksi adalah periode antara diterimanya rangsang (stimuli) dengan permulaan munculnya jawaban (respon).


          Faktor penyebab cidera karena kecepatan reaksi bisa saja terjadi dan kerap muncul di contohkan dalam cabang olahraga Moto Gp, yakni ketika balapan sedang berlangsung namun rider yang di paling depan merasa ada gangguan yakni rangsangan dari belakang maka ketika sedikit bersentuhan, gerak resflek yang di timbulkan akan terasa berbeda dengan rider yang memiliki reaksi yang bagus dengan yang tidak. Bagi rider yang gerak reflek nya tidak bagus ketika sedikit ada rangsangan dari rider lain langsung terkecoh sehingga bisa menyebabkan gangguan pada saat blapan bahkan bisa terjatuh atau melakukan gas motor yang cepat sehingga kerugian bagi pihak tersendiri.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar