Faktor kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani
merupakan aktivitas seseorang yang di lakukan di dalam maupun di luar ruan
tanpa harus menimbulkan kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat
menikmati waktu luangnya. Kebugaran jasmani menurut ahli faal dapat di
denifisikan sebagai kemampuan seseoraang untuk melakukan tugas khas yang
memelurkan kerja muscular di mana kecepatan dan ketahanan merupaka kriteria
utama. Lebih lanjut (Depdikbud, 1992:2) mengemukan tentang kebugaran jasmani
yakni kapasitas fungsional total seseoramg untuk melakukan suatu kerja tertentu
dengan hasil baik tanpa kekelalhan yang berarti.
Komponen kebugaran
jasmani secara garis besar dibagi menjadi 2 yakni kebugaran jasmani yang
berhubungan dengan keterampilan (meliputi : kecepatan, daya ledak otot,
ketangkasan, keseimbangan dan koordinasi) dan kebugaran jasmani yang
berhubungan dengan komposisi tubuh). Hal ini dipengaruhi oleh berbagai hal
antara lain umur, jenis kelamin, genetik, ras, aktivitas fisik termasuk latihan
dan kadar hemoglobin. Menurut Yusnul Hairy (2001: 1.19) kebugaran jasmani tergantung pada dua
komponen dasar, yakni:
a.
Kebugaran
Organik (Organic Fitnes)
Kebugaran
organik yaitu sifat-sifat khusus yang harus dimiliki berdasarkan garis
keturunan yang diwarisi oleh kedua orangtuanya atau bahkan generasi sebelumnya
dan dipengaruhi oleh umur dan mungkin oleh keadaan sakit atau kecelakaan.
Keadaan yang berhubungan dengan kebugaran organik sebenarnya bersifat statis
dan sulit atau bahkan tidak mungkin utuk diubah. Tingkat kebugaran jasmani
organik menentukan potensi-potensi kebugaran jasmani secara keseluruhan.
b.
Kebugaran
Dinamik (Dynamic Fitness)
Kebugaran
dinamik variabelnya lebih banyak. Kebugaran jasmani dapat dikembangkan/ditingkatkan
dengan melakukan aktivitas fisik. Struktur dan sifat-sifat biologis yang
mengalami peningkatan apabila melakukan suatu pelatihan fisik yang sesuai.
Kebugaran dinamik diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu:
a) Kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan
Dari sudut pandang kesehatan, Kebugaran
jasmani meliputi tiga unsur yang saling berhubungan, yakni: daya tahan
kardiovaskuler (melibatkan jantung, paru, dan peredaran darah, dan darah itu
sendiri), kekuatan dan daya tahan otot, kelentukan dan komposisi tubuh (berat
badan ideal dan persentase lemak).
b) Kebugaran yang berhubungan dengan
keterampilan motorik.
Kebugaran jasmani berhubungan erat dengan
keterampilan motorik yang mempunyai kebermaknaan yang sangat besar di dalam
olahraga. Keterampilan motorik yang berhubungan dengan kebugaran jasmani adalah
: kelincahan, keseimbangan, koordinasi, power, waktu bereaksi, dan kecepatan.
Aktivitas olahraga merupakan
aktivitas yang sangat kaitannya serta mempunyai pengaruh yang sangat besar
dengan kebugaran jasmani, karena jika berbicara masalah prestasi olahraga, maka
akan di hadapkan dengan permasalahan kebugaran jasmani, namun bila kondisi
serta factor kebugaran jasmani yang kurang dan tidak pernah terkontrol pada
atlit tersebut maka prestasi pun akan semakin terkiut dan factor bahayanya
atlit semisalkan cidera akan kerap menimpa di karenakan factor kebugaran yang
tidak terpenuhi. Berikut 10 komponen kondisi fisik (kebugaran jasmani) yang
harus di miliki oleh para pelaku aktivitas olahraga serta pengaruhnya dengan
cedera:
1.
Daya
Tahan
Harsono (1988:155) mengatakan bahwa
“kemampuan aerobik atau daya tahan adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu
untuk bekerja untuk waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan
setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Lebih lanjut nya Menurut Wahjoedi
(2000:59) mengatakan bahwa daya tahan jantung paru sangat penting untuk
menunjang kerja otot dengan mengambil oksigen dan menyalurkannya keseluruh
jaringan otot yang sedang aktifsehingga dapat digunakan untuk proses
metabolisme didalam tubuh”.
Ada dua
macam daya tahan yaitu daya tahan jantung paru atau di istilahkan dengan
kardiovaskuler dan daya tahan otot. (Sajoto 1988: 25). Daya tahan jantung paru
adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistim jantung, paru dan
peredaran darahnya secara efektif untuk menjalankan kerja secara terus menerus
dan melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot dengan intensitas tinggi dalam
waktu yang cukup lama. Sedangkan daya tahan otot mengacu pada suatu kelompok otot yang mampu untuk melakukan
kontraksi otot yang berturut-turut, misalnya push-up dan sits-up mampu
mempertahankan suatu kontraksi otot untuk waktu yang lama. Daya tahan otot
merupakan salah satu faktor kunci dari keberhasilan seorang atlet. Karena
dengan daya tahan otot yang baik atlet akan mampu untuk bertanding baik dari
menit pertama sampai menit terakhir.
Dari
penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa daya tahan mempunyai peran
yang sangat besar terhadap aktivitas olahraga, apalagi olahraga dengan waktu
yang sangat lama (endurance) maka jantung dan paru serta otot akan terus
bekerja. Bila daya tahan nya baik maka baik lah prestasi dan kesehatan atlit
namun bila daya tahan yang tidak maksimal maka cederapun akan kerap menimpa
atlit di sebabkan oleh jantung paru otot yang tidak stabil bahkan hal ini pun
bisa bertambah parah hingga menyebabkan kamatian bila olahraga yang berat namun
tidak di barengi dengan daya tahan yang kuat dan maksimal, karena para ahli
berpendapat bahwa daya tahanlah yang dapt di jadikan sebagai acuan untuk
prestasi atlit
2.
Kekuatan
atau (strenght)
Kekuatan merupakan
usaha atau tenaga yang bekerja pada kontraksi otot yang dicapai dalam sekali
usaha maksimal. (Sajoto, 1988: 23) menjelaskan
Kekuatan adalah komponen dari kondisi fisik seseorang tentang
kemampuannya dalam menggunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja
sedangkan Harsono (1993:13) mengatakan tentang kekuatan otot yaitu kemampuan
otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan.
Aktivitas olahraga yang
sangat identic dengan kekuatan mempunyai andil yang sangat besar dengan
prestasi, oleh karena itu kekuatan yang harus di miliki pun harus sesuai dan
maksimal agar atlit pun dapat tercegah dari factor cedera. Contohnya kekuatan
atlit yang melemah dalam olahraga bela diri maka hal itu pun akan di manfaatkan
oleh pihak lawan untuk memenangkan pertandingan sehingga kemungkinan besar
pukulan pihak lawan lebih besar dan menyebabkan cedera pada sang atlit
tersebut. Maka jelas jika olahraga baik bela diri maupun cabang olahraga lain
jika kekuatan yang tidak maksimal maka penurunan prestasi sampai cederapun akan
menjadi sasaranya.
3.
Kecepatan
/ Speed
Kecepakan merupakan
usaha yang di berikan untuk melakukan sesuatu gerakan baik itu gerak lokomotor
maupun non lokomotor tanpa henti serta berkelanjutan dengan durasi waktu yang
cepat. Sedangkan (Sajoto, 1988: 40) mendefinisikan Kecepatan sebagai kemampuan
seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama
dalam waktu yang sesingkatsingkatnya).
Berorientasi pada
pengertian tentang kecepatan
dan penerapannya dalam aktivitas
olahraga, unsur kecepatan merupakan salah satu unsur yang penting
dalam mencapai hasil
optimal. Implikasi kecepatan
berupa kecepatan reaksi sebagian,
sedangkan kecepatan gerak
adalah kecepatan gerak anggota
tubuh secara keseluruhan
dalam menempuh jarak
tertentu seperti lari. Lari
merupakan gerakan memindahkan
kaki secara bergantian diikuti dengan gerakan lengan dan
ada saat melayang di udara. Hampir
seluruh cabang olahraga
membutuhkan lari seperti
pada atletik, sepakbola, bola
basket dan lain-lain.
Pengaruh
kecepatan dengan cederapun memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya, di
contoh kan dalam cabang olahraga atletik yakni lari yang mana bila kecepatan
yang tidak maksimal atau melambat untuk alit otomatif cedera pun kerap terjadi
yakni kecepatan lari yang luar biasa di tunjukan namun ketika berada di atas angia(hampir
memenangkan lomba) namun jika tidak di barengi dengan keseimbangan yang kuat,
itupun akan membuat sang atlit jatuh, dan terpeleset hingga menyebabkan atli
mengalami cedera. Dan factor cedera lainnya karena kecepatan di contohkan dalam
berlari dalam cabang olahraga sepak bola yang di paksakan sehingga menimbulkan
kelelahan dan keterpaksaan otot dalam memainkan peran aktivitas.
4.
Kelentukan
(flexibility)
Kelentukan merupakan
kemampuan seseorang untuk dapat menggerakkan bagian tubuh dalam segala
aktivitas sehingga tidak terlihat kaku dan tegang dalam melakukan aktivitas.
Para ahli menjelaskan Kelentukan adalah segala efektifitas seseorang dalam
menyesuaikan diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang ditandai
dengan flexibilitas persendian pada seluruh tubuh (Sajoto, 1988: 34). Lebih
detailnya Ismaryati (1993: 101) mengemukakan bahwa Kelentukan adalah kemampuan
menggerakkan tubuh atau bagian-bagiannya seluas mungkin tanpa terjadi
ketegangan sendi dan cidera otot.
Hubungan factor cedera
dengan kelentukan ialah di contohkan dalam cabang olahraga dalam bola volley
yang mana gerakan posisi tubuh gerakan jump smash di tuntut untuk bergerak ¼ sikap kayang, dengan posisi tubuh tersebut
maka punggung serta pinggang berperan sebagai penumpu atau penopang gerakan
sehingga bila kelentukan tidak maksimal/seimbang maka kemungkinan besar atlit
mengalami keseleo hingga menyebabkan cedera karena factor kesalahan posisi
tubuh ketika jump smash hingga kesalahan mendarat.
5.
Daya
ledak (muscular power)
Daya ledak merupakan
usaha yang di berikan terhadap tubuh serta otot sebagai penggerak utama secara
tiba – tiba / mendadak yang maksimal sehingga dapat melakukan aktivitas yang
dominan dalam waktu yang relative cepat dan singkat. Menurut (Sajoto, 1988: 31)
Daya Ledak adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan kemampuan maksimal yang
dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya. Lebih jelasnya Daya ledak (Explosive
strength, muscular power) adalah
kemampuan untuk melakukan aktivitas
secara tiba-tiba dan
cepat dengan mengerahkan seluruh kekuatan
dalam waktu yang
singkat. Daya ledak
sering disebut explosive strength
yang ditandai dengan
adanya gerakan atau
perubahan posisi yang tiba-tiba dengan cepat. (Toho Cholik Mutohir & Ali Maksum,
2007:55).
Kesalahan terhadap
pelaksanaan daya ledak terhadap otot dan tubuh besar kemungkinan terjadinya
cedera baik itu berupa olahraga berat maupun ringan. Misalkan saja dalam
aktivitas olahraga golf, atlit di tuntut untuk dapat memukul bola dengan
dominan menggunakan otot lengan dan otot bahu, dari pelaksanaannya jelas
tergambar bahwa daya ledak otot mempunyai peran besar terhadap aktivitas
tersebut. Maka factor cedera yang sering terjadi pada gerakan tersebut yang
kerap di alami oleh atlit amatiran ialah tidak adanya gerakkan follow through
(gerakan lanjutan) sehingga otot yang sedang di paksa bekerja mendadak terhenti
sehingga menyebabkan otot kaku dan cedera dan mengalami masalah.
6.
Kelincahan
/ Agility
Kelincahan
merupakan kemampuan untuk mengubah arah secara cepat tanpa menimbulkan gangguan
pada keseimbangan. Seseorang dikatakan memiliki kelincahan jika ia dapat
bergerak secara cepat sekaligus dapat mengubah arah secara cepat pula tanpa
terganggu keseimbangannya. Beberapa orang dapat bergerak secara cepat tetapi
mereka tidak dapat melakukan perubahan arah geraknya secara cepat, yang
demikian tidak dapat dikatakan bahwa orang tersebut lincah. Ismaryati (1993: 41) menjelaskan kelincahan
merupakan komponen kebugaran jasmani yang sangat diperlukan pada semua
aktivitas kecepatan perubahan posisi tubuh dan bagian-bagiannya. Sedangkan menurut Dangsina Moeloek dan Arjadino
Tjokro (1984: 8), kelincahan adalah kemampuan mengubah secara cepat arah tubuh
atau bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan. Mengubah arah gerakan tubuh
secara berulang-ulang seperti halnya lari bolak-balik memerlukan kontraksi
secara bergantian pada kelompok otot tertentu.
Cedera
yang sering di akibatkan oleh factor kelincahan (Agility) ialah ketika atlit
berusaha untuk bergerak untuk mengubah arah dalam cabang olahraga bulu tangkis
dimana atlit di tuntut untuk menguasai segala bidang lapangan maka jika
kelincahan yang dia punya tidak maksimal atau tidak cepat maka factor kelelahan
yang berlebihan hingga atlit terjatuh karena tidak bisa melakukan pelaksanaan
kelincahan yang maksimal akan menyebabkannya cedera.
7. Ketepatan (accuracy)
Ketepatan adalah
kemampuan seseorang untuk dapat melihat sesuatu benda dengan benar serta dapat
menempatkan sesuatu pada sasarannya yakni benda yang telah ia lihat. Menurut Suharno HP (1983: 35), ketepatan ialah
kemampuan seseorang untuk mengarahkan sesuatu gerak ke suatu sasaran dengan
tujuannya, lebih lanjut Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk
mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran, Sasaran dapat berupa
suatu jarak atau mungkin suatu obyek langsung yang harus dikenai dengan salah
satu bagian tubuh (Sajoto, 1988: 52).
Faktor cedera karena ketepatan
(accuracy) terjadi karena adanya pelaksanaan yang kurang maksimal di contohkan
dalam cabang olahraga bela diri yaitu muaythai, ketika atlit merasa sudah tepat
untuk melepaskan sebuah pukulan atau tendangan yang sangat keras hingga ia
mengeluarkan semua kekuatannya, namun ketika pelaksanaannya sang lawan dengan
cepat membaca gerakan tendakan atau pukulan maka dengan cepat lawan mengelak,
yang terjadi pada atlit tersebut ialah ototnya yang terlalu di paksakan namun
tidak mengenai sasaran ialah keseleo otot karena tendangan yang di paksakan
namun tidak mengenai sasaran.
8.
Keseimbangan
(balance)
Keseimbangan
merupakan kemampuan yang relative untuk dapat mengontrol serta mempertahankan
posisi dan massa tubuh di segala posisi baik diam maupun bergerak. Menurut
Sajoto, 1988: 54 Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang
tepat pada saat melakukan gerakan. Keseimbangan tergantung pada kemampuan
integrasi antara kerja indra penglihatan, kanalis-kularis pada teling dan reseptor
pada otot. Sedangkan Definisi menurut O’Sullivan,
keseimbangan adalah kemampuan
untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika
saat posisi tegak. Selain itu menurut Ann Thomson, keseimbangan adalah
kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam
keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal.
Hampir semua cabang olahraga
membutuhkan keseimbangan dalam pelaksanaan aktivitasnya, jadi terjadinya cedera
karena perihal keseimbangan sangat besar pengaruhnya. Di misalkan pada cabang
olahraga sepak bola yang mana ketika atlit sedang berlari kencang
membawa/mengejar bola maka kurangnya keseimbangan bisa saja ia kehilangan bola
bahkan terjatuh yang bisa mengakibatkan cedera atau kerugian pada fisik atlit.
9.
Koordinasi
(coordination)
Koordinasi merupakan
kemampuan seseorang untuk dapat memadukan atau mensingkronkan antara berbagai
gerak tubuh menjadi ke dalam satu gerakan tunggal untuk mencapai fungsi khusus.
Menurut Jonath dan Krempel dalam Syafruddin (1992: 84) koordinasi adalah
kerjasama sistem persyarafan pusat sebagai system yang telah diselarakan oleh
proses rangsangan dan hambatan serta otot rangka pada waktu jalannya suatu
gerakan secara terarah. Lebih lanjutnya
Barrow dan Mc Gee (1979) yang
dikutip oleh Harsono
(1988: 220) bahwa
koordinasi adalah kemampuan untuk
memadukan berbagai macam gerakan ke dalam satu atau lebih pola
gerak khusus.
Koordinasi yang kurang
padu ataupun kurang maksimal bisa saja
menyebabkan cedera, misalkan saja dalam cabang olahraga moto GP, kesalahan
koordinasi antara mata-tangan-otak dalam menghadapi balapan dalam situasi
tinkungan patah maka sistem pengereman di tuntut harus cermat. Maka koordinasi
alat tubuh mata-otak-tangan yang tidak bisa di padukan bisa saja menyebabkan
pengereman mendadak serta kesalahan dalam mengukur jarak maka bisa menyebabkan
Rider Moto Gp terjatuh dan mengalami cedera.
10. Reaksi (reaction time)
Kecepatan
reaksi adalah kemampuan organisme atlet untuk menjawab dan melaksanakan
suatu rangsangan yang di peolehr secepat mungkin
dalam mencapai hasil yang sebaik- baiknya. Menurut pendapat (Sajoto, 1988: 63). Reaksi
adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya agar dalam
menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera atau syaraf lainnya
Sedangkan Ismaryati (1993: 72) berpendapat bahwa reaksi adalah periode antara
diterimanya rangsang (stimuli) dengan permulaan munculnya jawaban (respon).
Faktor penyebab cidera karena kecepatan reaksi bisa saja terjadi dan
kerap muncul di contohkan dalam cabang olahraga Moto Gp, yakni ketika balapan
sedang berlangsung namun rider yang di paling depan merasa ada gangguan yakni
rangsangan dari belakang maka ketika sedikit bersentuhan, gerak resflek yang di
timbulkan akan terasa berbeda dengan rider yang memiliki reaksi yang bagus
dengan yang tidak. Bagi rider yang gerak reflek nya tidak bagus ketika sedikit
ada rangsangan dari rider lain langsung terkecoh sehingga bisa menyebabkan
gangguan pada saat blapan bahkan bisa terjatuh atau melakukan gas motor yang
cepat sehingga kerugian bagi pihak tersendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar