Senin, 04 April 2016

PRINSIP PENCEGAHAN CEDERA MELALUI FAKTOR PSIKOLOGIS

FAKTOR PSIKOLOGIS

            Faktor psikologi  merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam performa atlet, selain faktor fisik, taktik dan teknik. Faktor mental atau psikologi juga sangat berkontribusi dalam mempengaruhi pencapaian prestasi atlet, tidak hanya itu faktor psikologi juga berpengaruh terhadap penyebab cederanya atlet maupun masa pemulihannya terhadap cedera tersebut. Teori kesatuan psiko-fisik berkembang karena para ahli menyadari bahwa orang yang keadaan kejiwaannya mengalami gangguan, karena rasa susah, gelisah atau ragu-ragu menghadapi sesuatu, ternyata mempengaruhi kondisi fisiknya. Akibat rasa susah dan gelisah menghadapi masa depan, seseorang kurang dapat tidur nyenyak, sehingga akhirnya mempengaruhi tingkahlaku dan penampilannya. Sebaliknya keadaan fisik yang kurang sehat, karena sedang sakit, sesudah mengalami kecelakaan dan cidera, juga dapat mempengaruhi kejiwaan individu yang bersangkutan, kurang dapat memusatkan perhatian pada masalah yang dihadapi, kurang dapat berfikir dengan tenang, kurang dapat berfikir dengan cepat, dsb-nya.

            Semua gejala emosional seperti: rasa takut, marah, cemas, stress, penuh harap, rasa senang dsb, dapat mempengaruhi perubahan-perubahan kondisi fisik seseorang. Perasaan atau emosi dapat memberi pengaruh-pengaruh fisiologik seperti: ketegangan otot, denyut jantung, peredaran darah, pernafasan, berfungsinya kelenjar-kelenjar hormon tertentu. Sehubungan itu semua maka jelaslah bahwa gejala psikik akan mempengaruhi penampilan dan prestasi atlet. Dalam hubungan ini pengaruh gangguan emosional perlu diperhatikan, karena gangguan emosional dapat mempengaruhi "psychological stability" atau keseimbangan psikik secara keseluruhan, dan ini berakibat besar terhadap pencapatan prestasi atlet.

            Dalam melakukan kegiatan olahraga, lebih-lebih untuk dapat mencapai prestasi yang tinggi, diperlukan berfungsinya aspek-aspek kejiwaan tertentu : misalnya untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam cabang olahraga panahan atau menembak, maka atlet harus dapat memusatkan perhatian dengan baik, penuh percaya diri, tenang, dapat berkonsentrasi penuh meski ada gangguan angin atau suara, dll-nya. Untuk menjadi peloncat indah atau peloncat menara yang berprestasi tinggi, atlet yang bersangkutan harus memiliki rasa percaya diri, keberanian, daya konsentrasi, kemauan keras, koordinasi gerak yang baik, dan rasa keindahan ini semua akan dapat terganggu apabila atlet yang bersangkutan mengalami gangguan mental. Emosi atau perasaan atlet perlu mendapat perhatian khusus dalam olahraga, karena emosi atlet di samping mempengaruhi aspek-aspek kejiwaan yang lain (akal dan kehendak), juga mempengaruhi aspek-aspek fisiologisnya sehingga jelas akan berpengaruh terhadap peningkatan atau merosotnya prestasi atlet.

Beberapa factor yang ternyata berpengaruh terhadap tingkat cedera yang di derita oleh atlit di antaranya :

1.      Faktor kepribadian
       Faktor kepribadian adalah faktor yang pertama yang berhubungan dengan cidera atlet. Para peneliti ingin memahami apakah konsep diri, pengaruh dari dalam maupun luar dan berpikir keras sangat berhubungan dengan cidera tersebut. Atlet yang mempunyai konsep diri yang rendah mudah terkena cidera dibandingkan dengan atlet yang  mempunyai konsep diri tinggi. Penelitian terbaru menunjukan bahwa faktor personality seperti optimisme, percaya diri, ketabahan dan kecemasan berperan dalam cidera atlet.

2.      Tingkat stress
   Telah diidentifikasi bahwa tingkat stress berperan penting dalam cidera atlet. Penelitian telah membuktikan hubungan antara tekanan hidup dan tingkat cidera. Pengukuran tingkat stres ini di fokuskan pada perubahan hidup,contohnya masalah keuangan, suasana lingkungan yang kurang mendukung, atau perubahan status ekonomi. Secara keseluruhan bukti-bukti menunjukan bahwa atlet dengan pengalaman tekanan hidup yang lebih tinggi lebih sering cidera dibandingkan atlet dengan tekanan hidup yang lebih rendah. Sebaiknya para instruktur profesional sebaiknya memahami perubahan ini, secara hati-hati memonitor dan memberikan pelatihan hidup secara psikologis. Penelitian juga telah mengidentifikasi stress muncul pada atlet ketika cidera dan ketika di rehabiitasi saat cidera. Contohnya kurangnya perhatian dan terisolasi.

A.    Hubungan Stres dan cedera
Ada dua teori yang akan menjelaskan hubungan antara stress dan cidera.
a)      Perhatian yang terganggu
         Satu hal yang pasti adalah bahwa stress akan menganggu perhatian seorang atlit dengan kurangnya perhatian akan sekelilingnya. Contohnya seorang pemain sepak bola yaitu gelandang bertahan yang terkena stress tinggi maka akan berkemungkinan mengalami cedera karena tidak merasa focus dengan serangan lawan maka bisa saja factor benturan serta tackling dengan lawan terjadi yang bisa menyebabkan cedera baginya dan bagi lawan. Dan hal itu akan terjaga baik apabila rasa stress nya mulai mereda dan fokusnya ke pertandingan mulai membaik dan berjalan lancar.

b)      Ketegangan otot
         Stress tingkat tinggi dapat timbul bersamaan dengan ketegangan otot yang bertentangan dengan kondisi normal dan meningkatkan peluang untuk cidera. pelatih yang mempunyai seorang atlet yang kehidupannya mengalami perubahan dari segi kehidupan serta lingkungan, sebaiknya sangat memperhatikan sikap atlit tersebut , jika menunjukan tanda-tanda ketegangan otot atau sulit untuk fokus ketika tampil, adalah hal yang bijak diberikan pelatihan stress.

c)      Faktor psikologi lainnya
Hal lain yang menyebabkan stress menurut ahli psikologi adalah beberapa sikap para pelatih, seperti :

1)      Act Tough and give 110%
        Semboyan atau slogan seperti berusaha keras atau pulang, tidak sakit tidak ada penghargaan, pergi untuk bertempur adalah ucapan-ucapan pelatih untuk menyemangati. Para pelatih memaksa atlit-atlit mereka bekerja keras atau selalu mengambil resiko. Seharusnya kata-kata ini tidak ditekankan terlalu sering, sehingga atlet siap mengambil resiko, seperti menekel lawan dalam sepakbola sehingga terjadi cidera.

2)      Jika kamu cidera kamu tidak berharga
          Beberapa orang merasa tidak berharga ketika mereka terluka, sikap ini berkembang melalui beberapa hal. Pelatih boleh menyampaikan, menyadarkan bahwa kemenangan adalah lebih penting di bandingkan kesejahteraan atlet. Ketika seorang pemain atau atlet cidera, tidak memberikan kontribusi untuk menang. Atlet yang cidera terkadang tetap bermain sehingga cideranya semakin parah.

B. Peran psikologi olahraga dalam cidera dan rehabilitasi
 Psikologi memfasilitasi proses pemulihan cidera, lebih mengunakan pendekatan holistik untuk penyembuhan baik pikiran maupun fisik. Memahami psikologi pemulihan cidera adalah sangat penting bagi semua yang terlibat dalam olahraga dan latihan.

1.      Pemulihan Psikologi
      Peneliti melakukan wawancara, menilai sikap dan pandangan, stress dan control stress, dukungan sosial, positif self-talk (kata hati), imajinasi penyembuhan, penetapan tujuan dan keyakinan. Mereka menemukan bahwa atlet yang mempunyai positive self talk yang tinggi akan mengalami penyembuhan yang lebih cepat dibanding dengan atlet yang mempunyai self talk positive yang rendah. Selain itu faktor yang penting dalam proses rehabilitasi adalah emosi dan motivasi atlet selama masa rehabilitasi. Atlet yang mempunyai emosi yang baik dalam hal ini mematuhi peraturan medis selama proses penyembuhan akan dapat mempercepat proses penyembuhan, motivasi atlet selama proses rehabilitasi juga mempengaruhi keberhasilan pemulihan.

      Pendekatan holistic merupakan pendekatan yang sangat disarankan oleh ahli psikologi untuk pemulihan cidera atlet. Berikut langkah-langkah proses penyembuhan dan pemulihan secara psikologi.

1)      Tahap cidera
Membantu atlet menghadapi pergolakan emosi pada saat cidera.

2)      Tahap rehabilitasi dan pemulihan
Membantu atlet mempertahankan motivasi dan kepatuhan terhadap aturan rehabilitasi

3)      Tahap kembali ke aktifitas penuh
     Kesembuhan penuh tidaklah lengkap sampai atlet kembali ke keadaan normal dalam olahraganya. Di awal cidera atau fase penyakit, yang harus dilakukan adalah fokus pada membantu menangani pergolakan emosi atlet yang cidera. Atlet mengalami kondisi stress karena tidak memahami cidera atau kondisi cidera, sehingga dokter perlu memberi penjelasan kaitannya dengan seberapa parah cideranya. Tahap rehabilitasi dan pemulihan, pada tahapan ini atlet yang mengalami cidera dibantu dalam mempertahankan motivasi, dan aturan rehabilitasi. Penetapan tujuan dan mempertahankan sikap positif, terutama pada saat cidera atau kemunduran fisik. Tahap terakhir adalah kembali pada aktifitas penuh meskipun secara fisik atlet sudah sembuh, kesembuhan belum lengkap sampai dia kembali kondisi normal dalam berolahraga. Selain itu ada beberapa hal penting yang harus dipahami, memfasilitasi proses rehabilitasi, membangun hubungan dengan atlet yang cidera, mendidik atlet tentang proses dan pemulihan cidera, mengajarkan ketrampilan psikologis, mempersiapkan atlet untuk mengatasi kemunduran, membina dukungan sosial, dan belajar atau mendorong atlet untuk belajar dari atlet lain yang cidera.

2.      Membangun hubungan dengan atlet cidera.
        Ketika atlet cidera, mereka sering mengalami ketidakpercayaan atas cedera tersebut, frustasi, kemarahan, kebingungan, dan kerentanan. Emosi tersebut dapat menyulitkan bagi penolong untuk menjalin hubungan dengan atlet yang mengalami cidera. Dengan berempati dapat membantu memahami bagaimana perasaan orang yang cidera. Membangun hubungan, jangan terlalu memberi harapan dengan pemulihan cepat. Sebaiknya, bersikap positif dan melakukan pendekatan tim untuk pemulihan. Jadi perlunya kebersamaan dalam proses penyembuhan, sehingga atlet lebih termotivasi dan mempunyai pikiran positif.

3.      Mendidik atlet yang cidera tentang proses dan pemulihan cidera.
           Atlet yang cidera atau pertama kali cidera, biasanya belum paham tentang apa yang terjadi pada dirinya. Memberikan pemahaman secara praktis dapat membantu atlet memahami cidera, misalkan atlet gulat yang mengalami cidera patah tulang, seorang pelatih memberi penjelasan dengan sebuah tongkat yang di patahkan menyerupai apa yang terjadi pada atlet. Secara tidak langsung atlet memahami apa yang terjadi atau kondisi pada dirinya sendiri. Selain itu perlu dijelaskan pada atlet yang cidera waktu kesembuhannya, misalkan dalam waktu 3 bulan sembuh atau pulih, tidak boleh di katakan atau di jelaskan dalam 1 bulan sembuh atau pulih, karena hal ini dapat berdampak pada sikap atlet dan dapat menyebabkan kemunduran pemulihan.

4.      Mengajar ketrampilan psikologis tertentu.
        Ketrampilan psikologis sangat penting diajarkan kepada altlet yang cedera  untuk rehabilitasi kaitannya dengan penetapan tujuan, positif self-talk, imagery/visualisasi dan pelatihan relaksasi.

5.      Mengajarkan bagaimana mengatasi kemunduran performa.
        Rehabilitasi cidera bukan ilmu yang pasti. Setiap orang pulih pada tingkat yang berbeda, dan kemunduran adalah hal yang biasa. Jadi, orang atau atlet yang cidera perlu belajar mengatasi kemunduran. Memberikan informasi pada atlet selama tahapan rehabilitasi akan terjadi kemunduran, dan pada saat yang sama mendorong atlet untuk mempertahankan sikap positif. Kemunduran adalah normal dan tidak perlu panik, jadi tidak perlu berkecil hati. Dengan demikian sasaran rehabilitasi perlu untuk dievaluasi dan didefiniskan ulang secara berkala.

6.      Memupuk dukungan social
     Dukungan sosial sangat penting untuk atlet yang mengalami cidera. Dukungan sosial ini misalkan dukungan emosional dari teman-teman dan orang terdekat,Berikut petunjuk pemberian dukungan sosial:

1)  Dukungan sosial sebagai sumber daya yang memfasilitasi. Hal ini dapat mengurangi stres, meningkatkan mood, meningkatkan motivasi untuk rehabilitasi, dan meningkatkan kepatuhan pengobatan. Dengan demikian, upaya-upaya harus dilakukan untuk memberikan dukungan sosial kepada atlet yang cidera.

2)      Jenis dukungan sosial yang dibutuhkan atlet bervariasi di setiap tahap rehabilitasi. Sebagai contoh di fase cidera, dukungan informasi sangat penting, sehingga atlet jelas dan memahami cidera yang dialami. Pada tahap pemulihan diperlukan pelatih yang dapat membantu memotivasi dan mematuhi rencana rehabilitasi.

3)    Meskipun umumnya membantu, dukungan sosial dapat memiliki efek negatif terhadap atlet yang cidera. Hal ini terjadi dimana penyedia dukungan tidak memiliki hubungan yang baik dengan atlet, tidak memiliki kredibiltas di mata atlet, atau dukungan keterpaksaan dari atlet lain. Atlet melihat dukungan sosial bermanfaat ketika jenis dukungan sesuai dengan kebutuhan mereka dan penyampaian informasi yang baik bagi mereka.
1.